Selasa, 24 Agustus 2010

ARTIKEL : 7 Ciri Orang Merdeka



Dalam kesempatan surfing saya menemukan sebuah tulisan artikel, berjudul ” Tujuh Ciri Orang Merdeka“, yang ditulis oleh da’i kondang Aa Gym. Saripati dari ketujuh ciri tersebut adalah:

Pertama, orang yang merdeka dalam mengarungi hidup ini tidak akan disiksa oleh banyaknya keinginan. Memiliki keinginan sebenarnya sangat manusiawi, bahkan manusia bisa maju dan berprestasi karena ada keinginan. Tetapi, jika hidup diperbudak keinginan sampai terampas kebahagiaan, ibadah, waktu, pikiran, tenaga, bahkan biaya hanya untuk meladeni keinginan kita dan keinginan tersebut nyata-nyata tidak membawa manfaat bagi kemuliaan dunia dan akhirat, berarti kita sudah dijajah oleh keinginan. Lihat orang-orang yang disiksa oleh keinginan memiliki rumah megah, mobil baru, penampilan yang selalu trendi, hari-harinya benar-benar hari-hari yang terjajah. Tak layak kita menggadaikan hidup ini untuk meladeni setiap keinginan.

Kedua, bebas dari perbudakan hawa nafsu. Hawa nafsu adalah bagian dari karunia Allah yang melengkapi kehidupan kita menjadi bahagia bahkan mulia. Namun, nafsu itu sendiri harus kita kendalikan. Kita lihat orang-orang yang diperbudak nafsu syahwat, hari-harinya hanya memikirkan kemaksiatan sehingga menghancurkan nilai-nilai yang ada pada dirinya dan menghancurkan orang lain, semata-mata karena diperbudak syahwat. Begitu pula orang yang diperbudak nafsu amarah, pikirannya penuh kekejian, dendam membara. Tutur katanya penuh angkara murka, tindakannya menjadi tidak terkendali dan hina, dan sudah pasti dia tidak akan pernah disukai oleh orang lain, sehingga hari-harinya penuh ketegangan. Untuk itu, waspadalah bagi sia'pa pun yang tidak bersungguh-sungguh melatih diri untuk mengendalikan amarah, maka akan habis kehidupannya karena dijajah oleh nafsu amarah.

Ketiga, ciri orang yang hidupnya merdeka alah ia tidak mudah diperbudak oleh asmara. Salah satu yang memperindah dan menghiasi hidup kita adalah cinta. Tapi kita lihat ada orang yang terjerumus ke lembah nista dalam perbuatan-perbuatan yang hina justru karena cinta, tentu yang dimaksud adalah cinta buta yang membuatnya buta terhadap kebenaran. Karena itu, waspadalah wahai saudaraku, jatuh cinta ibarat memasuki sebuah pusaran air, kalau tidak hati-hati semakin cinta semakin membelenggu, semakin hanyut, berkurang rasa malu, dan membara nafsu di dada yang akhirnya menyengsarakan dunia akhirat, kecuali cinta yang dilanggengkan dijalan Allah. Karenanya, jauhi percintaan yang tidak disukai dan tidak di jalan Allah. Percayalah, rambu-rambu yang diberikan oleh Allah akan membuat diri kita tidak diperdaya oleh cinta yang tampaknya indah, padahal bisa jadi menjerumuskan. Na'udzubillahi min dzalik.

Keempat, jujur. Setiap kali berbohong maka bohong itu akan menjadi penjara bagi kita. Kita akan selalu was-was, takut kebohongan (kedustaan) kita diketahui yang mengharuskan kita berbuat bohong lanjutannya. Dan bohong itu pun tentu akan menjadi penjara baru. Demikianlah kurang lebih bagi orang-orang yang berdusta, berbohong atau tidak jujur dalam hal apa pun.
Oleh karena itu, tidak akan menjadi merdeka orang-orang yang tidak menjaga dirinya dari kedustaan dan ketidakjujuran. Pastikanlah kita menjadi orang yang menikmati hidup jujuran. Semakin sedikit rahasia semakin merdeka hidup ini. Semakin tidak mengenal dusta, semakin tidak terancam diri ini. Tak ada yang membuat kita takut, harus diketahui aib dan kebohongan oleh orang lain karena memang kita tidak menyembunyikan sesuatu. Selamat berbahagia bagi saudara-saudara yang berjuang menjadi pribadi jujur terpercaya, karena itu milik orang-orang yang merdeka.
Rendah hati adalah kunci kebahagiaan.

Kelima, tawadhu tidak akan pernah menghinakan, bahkan sebaliknya akan mengangkat derajat seseorang. Mimpi kalau kita ingin bahagia jika kita menjadi orang yang sombong dan takabur. Kebahagiaan dan
kemerdekaan adalah milik orang-orang tawadhu.

Yang keenam, ikhlas. Ikhlas adalah kunci kemerdekaan hati. Orang-orang riya yang suka pamer, yang hidupnya tamak akan pujian, akan menjadi korban mode dan korban zaman. Tetapi orang yang ikhlas tidak akan ambil pusing dengan penilaian manusia.

Ketujuh, semakin banyak bergantung kepada sesuatu maka kita akan takut kehilangan sesuatu. Seperti orang yang bersandar di kursi akan takut kursinya diambil.


Untuk sumber lengkapnya silahkan klik disini

Dikutip dari web bersangkutan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar